Kolaborasi internasional dalam bidang riset dan teknologi terutama dalam bidang pertanian telah menjadi bagian penting dalam menghadapi tantangan global, termasuk isu-isu yang berkaitan dengan perubahan iklim, ekonomi, dan keamanan pangan. Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi besar di sektor pertanian. Namun, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan seperti penggunaan input pertanian berbahan kimia sintetis telah banyak diketahui menyebabkan degradasi tanah. Disisi lain dampak perubahan iklim seperti perubahan pola hujan serta peningkatan serangan hama dan penyakit tanaman dapat menurunkan produktivitas tanaman serta mempengaruhi ekonomi masyarakat.
Untuk menjawab tantangan tersebut, JAMTANI sebagai lembaga yang fokus pada pemberdayaan petani serta isu perubahan iklim, bekerja sama dengan Universitas Humboldt dari Jerman dalam proyek penelitian. Dalam proyek kerjasama penelitian ini, terdapat beberapa topik utama yang dibahas, yaitu Technical and Economic Feasibility, GHG Calculation, dan Youth Perspective. Tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan pertanian net-zero yang berkelanjutan dan meningkatkan nilai jual produk pertanian ramah iklim melalui analisis usaha untuk membantu meningkatkan penghasilan para petani. Selain itu, penelitian ini bertujuan mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di sektor pertanian dengan memanfaatkan teknologi modern dan pendekatan agroecopreneurship.
Topik pertama, Technical and Economic Feasibility, membahas aspek teknis dan ekonomi dalam implementasi pertanian net-zero yang berkelanjutan. Kajian ini menyoroti bagaimana metode ini dapat memberikan keuntungan ekonomi yang berkelanjutan tanpa merusak lingkungan. Selain itu, kajian ini mempertimbangkan faktor biaya, sumber daya, target pasar, dan teknologi yang diadopsi oleh petani setempat.
Topik kedua, GHG Calculation (Perhitungan Gas Rumah Kaca), berfokus pada aktivitas di sektor pertanian yang berkontribusi dalam menyumbang emisi. Beberapa aktivitas pertanian yang dapat meningkatkan emisi, seperti pembakaran jerami, penggunaan pupuk kimia yang dapat menghasilkan NO2, penggenangan lahan sawah dengan air juga menjadi salah penyumbang emisi disektor pertanian dan pengelolaan kotoran hewan yang tidak tepat, diketahui menghasilkan gas metana (CH4) yang berkontribusi pada peningkatan emisi di atmosfer. Selain itu, alat-alat pertanian seperti traktor, mesin perontok padi (Power Trasher)  dan mesin penggiling padi (Huller) yang menggunakan bahan bakar bensin juga memberikan kontribusi dalam peningkatan emisi.
Topik ketiga membahas pertanian dari sudut pandang gender dan petani muda. Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa petani muda, hampir keseluruhan petani muda terutama dikalangan perempuan menganggap pertanian hanya sebagai pekerjaan sampingan atau hobi. Sementara itu, petani laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu untuk bertani dibandingkan dengan pekerjaan rumah tangga. Petani laki-laki menghabiskan lebih dari empat jam sehari untuk bertani, sedangkan petani perempuan lebih banyak terlibat dalam pekerjaan rumah tangga dan mengalokasikan lebih sedikit waktu untuk bertani.
Kolaborasi penelitian antara Universitas Humboldt Berlin dan JAMTANI dilakukan kepada petani dampingan dan petani diluar dampingan JAMTANI yang berada di wilayah pesisir Kabupaten Pangandaran dan Kabupaten Cilacap. Output dari kegiatan penelitian bertujuan mengidentifikasi masalah petani lokal dan menciptakan model pertanian berkelanjutan yang ideal dan menguntungkan sehingga dapat direplikasi di wilayah lain di Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan di kalangan masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Kerjasama ini menunjukkan betapa pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam penelitian untuk hasil yang sesuai dengan kebutuhan lapangan.