Pangandaran 27 Januari 2025 - Pruning merupakan metode untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas padi, dengan tujuan mengoptimalkan komoditas pangan pokok di Indonesia. Dampak perubahan iklim, termasuk pola hujan yang tidak menentu, salinitas tanah, dan intrusi air laut, khususnya di wilayah pesisir menjadi tantangan besar bagi keberlanjutan pertanian padi. Pruning berpotensi mengoptimalkan alokasi nutrisi, merangsang sirkulasi udara yang optimal, meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, dan mendorong pertumbuhan anakan produktif. Namun, pemangkasan pada tanaman padi masih jarang dilakukan di Indonesia. Studi ini mengevaluasi pengaruh waktu pemangkasan pada berbagai varietas padi untuk mencapai potensi hasil padi yang maksimal. Penelitian ini dilakukan sebagai riset berbasis petani di 2 kabupaten berbeda yakni, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat dan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Penelitian berlangsung selama musim tanam Desember 2024 hingga Maret 2025, untuk mengevaluasi dampak pemangkasan terhadap karakteristik pertumbuhan varietas padi. Penelitian lapangan ini menggunakan teknik budidaya ramah iklim dan lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik, serta pengendalian hama dan penyakit secara mekanis dan biologis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama terdiri dari lima varietas padi: Baroma (V1), Inpari-43 (V2), Inpari Genah (V3), Mantap (V4), dan Ngaos Mawar (V5). Faktor kedua adalah waktu pemangkasan, yaitu tanpa pemangkasan (P0), 28 hari setelah tanam (HST) (P1), dan 42 HST (P2). Interaksi antara varietas padi dan waktu pemangkasan memberikan pengaruh signifikan terhadap beberapa komponen hasil panen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pemangkasan yang optimal sangat bergantung pada genotipe padi dan karakteristik pertumbuhan serta perkembangannya. Pemangkasan pada 28 HST lebih sesuai untuk varietas unggul seperti Inpari-43 dan Inpari Genah, sedangkan pemangkasan pada 42 HST lebih efektif untuk varietas lokal seperti Baroma, Mantap, dan Ngaos Mawar. Pemangkasan dapat dilakukan secara efektif pada kisaran 25–35% dari umur panen varietas padi, dihitung berdasarkan hari setelah semai.
Temuan ini menekankan pentingnya strategi pemangkasan yang spesifik terhadap varietas dalam upaya meningkatkan produktivitas padi, mengoptimalkan arsitektur tanaman, memperbaiki penyerapan unsur hara, dan menjaga kestabilan hasil panen di tengah kondisi iklim yang tidak menentu. Implementasi teknik pemangkasan ini berpotensi besar dalam mendukung pengembangan sistem pertanian padi yang lebih tangguh dan berkelanjutan di Indonesia.
Cara Pruning Padi dengan Mesin Potong Rumput (Versi Singkat)
1.      Bersihkan pisau mesin potong rumput, lalu lumuri dengan bawang putih yang ditumbuk. Ini berfungsi sebagai antiseptik alami, mencegah penyebaran penyakit antar tanaman.
2.      Nyalakan mesin, lalu pangkas daun bagian atas tanaman padi – maksimal 30% daun bagian atas. Gerakkan mesin pelan dan hati-hati, jagan sampai tanaman yang terpotong terlalu pendek.
3.      Setelah selesai, semprot tanaman dengan larutan rendaman bawang putih (bawang putih direndam dalam air, disaring, lalu dimasukkan ke sprayer). Ini untuk mensterilkan luka potong dan mencegah infeksi.
Tujuan dilakukan pruning :
Tujuan dari pengelolaan ini adalah untuk memperkuat batang tanaman melalui pemenuhan nutrisi yang tepat, mengontrol kelembapan di sekitar tanaman, serta meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan pestisida dengan metode foliar feeding. Selain itu, pengelolaan ini bertujuan memacu pertumbuhan anakan baru yang lebih produktif, mengurangi kepadatan tajuk untuk menekan kelembapan dan risiko serangan hama maupun penyakit, mempersiapkan tanaman agar siap memasuki fase generatif dengan pengisian bulir padi yang lebih optimal, serta mengurangi kebutuhan air, terutama pada musim kemarau.