Jakarta, 26-28 Agustus 2025 – Indonesia Climate Justice
Summit (ICJS) 2025 resmi dibuka di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta,
sebagai forum rakyat untuk menyatukan suara menghadapi krisis iklim. Acara yang
digagas oleh Aliansi Rakyat untuk Keadilan Iklim (ARUKI) ini dihadiri berbagai
organisasi masyarakat sipil. Jaringan Masyarakat Tani Indonesia (JAMTANI) turut
hadir membawa aspirasi petani yang menjadi garda terdepan terdampak perubahan
iklim.
Dua petani dampingan JAMTANI, Husni Ramdani dan Siti Rukoyah,
menjadi perwakilan yang menyuarakan tuntutan petani dalam forum tersebut.
Keduanya turut membacakan deklarasi yang menegaskan perlunya kebijakan iklim
nasional yang berpihak pada petani kecil, memperkuat kedaulatan pangan, serta
memberikan perlindungan terhadap dampak krisis iklim yang semakin parah.
Dalam pembukaan ICJS, digelar Pleno Rakyat yang menghadirkan
sembilan kelompok rentan: masyarakat adat, petani, nelayan, perempuan, buruh,
masyarakat miskin kota, orang muda, lansia, dan penyandang disabilitas. Mereka
menyampaikan pengalaman langsung menghadapi dampak iklim, mulai dari gagal
panen akibat perubahan musim, kerusakan pesisir, hingga hilangnya sumber
penghidupan.
“Musim hujan datang lebih awal atau lebih lambat sehingga
pola tanam berubah, intensitas hujan terkadang lebih cepat dan deras pada waktu
tertentu sehingga merusak tanaman kami, jenis hama dan penyakit semakin banyak
dan serangannya pun semakin meningkat,” ujar perwakilan JAMTANI dalam deklarasi
tersebut.
ICJS 2025 juga menjadi momentum memperkuat solidaritas antar
kelompok rentan dalam memperjuangkan keadilan iklim. Forum ini menegaskan bahwa
krisis iklim bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga krisis kemanusiaan yang
membutuhkan perubahan kebijakan secara sistemik.