Perubahan
iklim membawa dampak besar bagi sektor pertanian, seperti cuaca ekstrem,
kekeringan, banjir, dan serangan hama yang meningkat. Oleh karena itu,
dibutuhkan Tim Siaga Bencana Perubahan Iklim bagi petani untuk mengantisipasi,
menangani, dan meminimalkan risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Selain itu,
pelatihan simulasi dan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) menjadi bagian
penting dalam kesiapsiagaan petani terhadap ancaman tersebut, kegiatan ini melibatkan
BPBD dan PMI.
Peran
Tim Siaga Bencana Perubahan Iklim
Tim
Siaga Bencana Perubahan Iklim dibentuk untuk membantu petani menghadapi
tantangan akibat perubahan iklim dan kejadian bencana. Beberapa peran utama tim
ini meliputi:
1.
Pemantauan dan Prediksi
Cuaca Berdasarkan Kalender Musim Tanam Panen
o Menggunakan data cuaca dari BMKG atau sumber terpercaya
lainnya.
o Memberikan peringatan dini kepada petani tentang potensi
cuaca ekstrem.
o Memasang bendera Hijau, Kuning dan Merah sebagai simbol
penyeragaman musim tanam, hama dan Penyakit
2.
Edukasi dan
Sosialisasi
o Memberikan pelatihan tentang dampak perubahan iklim.
o Menyebarluaskan praktik pertanian berkelanjutan, seperti
penggunaan varietas tahan iklim (Rendaman, Toleran, Kekeringan)
3.
Kesiapsiagaan dan
Penanganan Bencana
o Menyusun rencana tanggap darurat.
o Menyediakan bantuan darurat bagi petani yang terkena dampak
bencana.
o Koordinasi dengan stake holder lain (BPBD, Babinkamtibmas, babinsa, tagana, …
4.
Pemulihan Pasca
Bencana
o Memfasilitasi penyediaan benih dan pupuk untuk pemulihan
lahan pertanian.
o Membantu petani dalam mengakses bantuan pemerintah atau stake
holder lainnya
Simulasi Kesiapsiagaan Bencana
Agar
petani lebih siap menghadapi bencana, tim siaga perlu mengadakan simulasi
secara berkala. Simulasi ini mencakup:
1.
Evakuasi Darurat
o Mengajarkan jalur evakuasi dan titik kumpul aman.
o Menyediakan informasi tentang langkah-langkah evakuasi saat
terjadi banjir, kebakaran lahan, atau badai.
2.
Pengelolaan
Peralatan dan Sumber Daya
o Menyiapkan peralatan darurat seperti pompa air, generator
listrik, dan peralatan komunikasi.
o Melatih petani dalam penggunaan alat pemadam kebakaran dan
penyelamatan di lahan pertanian.
3.
Penyelamatan
Tanaman dan Ternak
o Menerapkan teknik mitigasi seperti pembuatan tanggul darurat
untuk mencegah banjir.
o Menyediakan tempat evakuasi sementara bagi ternak yang
terdampak bencana.
Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan (P3K) untuk Petani bekerjasama dengan PMI
Petani
rentan terhadap kecelakaan kerja, seperti luka akibat alat pertanian, gigitan
hewan berbisa, atau paparan bahan kimia. Oleh karena itu, pelatihan P3K sangat
penting untuk mengurangi risiko fatalitas. Berikut beberapa langkah P3K yang
perlu dikuasai petani:
1.
Mengatasi Luka
dan Cedera
o Membersihkan luka dengan antiseptik dan menutupnya dengan
perban steril.
o Menghentikan pendarahan dengan menekan area luka.
2.
Penanganan
Gigitan dan Sengatan
o Membersihkan area gigitan dengan air bersih.
o Menggunakan kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan.
3.
Mengatasi
Keracunan Pestisida
o Segera membawa korban ke tempat yang memiliki udara segar.
o Jika terkena kulit, segera bersihkan dengan air mengalir.
o
Jika tertelan, segera cari bantuan
medis dan jangan memaksakan muntah kecuali disarankan oleh tenaga medis.
4.
Penanganan Kejang
atau Pingsan
o Posisikan korban dengan aman, hindari benda berbahaya di
sekitarnya.
o Jangan memasukkan benda ke dalam mulut korban.
o Jika korban pingsan, posisikan dalam keadaan miring dan
segera cari bantuan medis.
Tim
Siaga Perubahan Iklim dan Bencana bagi petani memiliki peran penting dalam
menghadapi tantangan akibat perubahan iklim dan bencana alam. Melalui
pemantauan cuaca, edukasi, simulasi kesiapsiagaan, dan pelatihan P3K, petani
dapat lebih siap dalam menghadapi risiko dan meminimalkan dampak negatif
terhadap hasil pertanian mereka. Dengan adanya kerja sama antara pemerintah,
stakeholder lainnya, dan komunitas petani, ketahanan pertanian terhadap bencana
dapat terus ditingkatkan.