APBB (Asia Pacific Biofertilizer and Biopesticide) bekerja sama dengan IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements), NACF, FFTC Taiwan, dan MARDI Malaysia mengadakan serangkaian presentasi dan diskusi mengenai produksi dan implementasi pupuk serta pestisida organik di Asia Pasifik. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai elemen, termasuk lembaga riset regional, pemerintah, perguruan tinggi, perusahaan, dan satu-satunya perwakilan dari praktisi, yaitu JAMTANI sebagai organisasi petani. Peserta memanfaatkan kesempatan ini untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Salah satu topik yang dibahas adalah tantangan yang dihadapi pertanian padi di daerah pesisir dan dataran rendah Indonesia akibat perubahan iklim, yang mengancam mata pencaharian petani kecil. Studi yang dipresentasikan oleh JAMTANI menilai efektivitas pupuk hayati ramah lingkungan berbasis organik dan manajemen tanaman terintegrasi dalam meningkatkan ketahanan pertanian padi di daerah tersebut. Fokus utamanya adalah memulihkan kesehatan tanah, meningkatkan produktivitas padi, dan memberdayakan komunitas lokal melalui adopsi pupuk hayati-organik terintegrasi dan strategi Pertanian Berkelanjutan Tangguh Iklim (CRSA) di Pangandaran dan Cilacap.

Penelitian dari 2007 hingga 2024 mengembangkan konsorsium pupuk hayati dan teknologi hemat air, yang dikenal sebagai "IPATBO." Pendekatan ini telah meningkatkan kesehatan tanah, efisiensi pupuk dan air, serta produktivitas padi. Penggunaan Peningkat Tanah Briquette (BSA) dan Pupuk Hayati Cair Azolla (ALB) dengan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman toleran garam (PGPR) dan varietas padi yang disesuaikan untuk salinitas atau banjir telah meningkatkan kesehatan tanah, pertumbuhan padi, dan hasil panen. Hasil ini menunjukkan bahwa manajemen pupuk hayati-organik terintegrasi dapat meningkatkan ketahanan pertanian padi dan petani di daerah pesisir dan dataran rendah, berkontribusi pada keamanan pangan dan mata pencaharian di Indonesia.

Pada hari terakhir acara, peserta berkesempatan mengunjungi pusat riset mikroorganisme dan pengembangan jamur di Gyeonggi-do serta pertanian yang dikelola oleh koperasi masyarakat Heuksalim di Goesan-gun, Chungbuk-do. Metode pengelolaan, proses sertifikasi, dan jejaring pasar yang sudah cukup luas sangat menarik. Koperasi ini telah berkembang menjadi perusahaan penyedia input organik yang besar dan bahkan telah melakukan ekspansi ke beberapa negara lain