
JAMTANI, Pangandaran. Sektor pertanian
merupakan salah satu sektor yang dianggap paling stabil dalam keadaan krisis
apapun, termasuk saat pandemic COVID-19
melanda Indonesia saat ini. Menurut salah satu petani khususnya di
daerah Pangandaran saat diwawancara “Nama saya Ruhandi, saya adalah petani
kecil yang tinggal di Dusun Sukamanah, Desa Purbahayu, Kec. Pangandaran, Kab.
Pangandaran. Pada tanggal 9 April 2020, saya memanen padi di tengah
kekhawatiran Covid-19 karena tuntutan kehidupan dan itu juga merupakan salah
satu kewajiban petani untuk memenuhi kebutuhan pangan Indonesia.”
Di tengah pandemic Covid-19 ini ternyata
tidak menghalangi semangat para petani untuk tetap melakukan panen padi demi
menjaga ketersediaan pangan seperti apa yang dikatakan oleh ketua Kelompok Tani
Mekar Jaya, Ruhandi. Beliau juga menjelaskan varietas yang dipanen merupakan Inpari
42 dengan system JARWO (jajar legowo) dan tentu saja menggunakan pupuk organic
dengan ukuran 3.5 ton/hektar dan pupuk kimia (NPK: 385 kg/hektar, urea 210 kg/hektar)
tidak hanya cukup dengan perlakuan itu saja untuk mendapatkan hasil yang
maksimal Ruhandi juga melakukan penyemprotan POC (Pupuk Organic Cair) Bio Insektisida:
metarizep dan dilakukan penyemprotan fungisida alami Nordox.
“Selain
itu saat penanaman padi dilakukan alangkah baiknya ditanami tanaman refugia dan jagung di sekitar pematang
sawah untuk menjaga hama seperti wereng menyerang tanaman padi”, ujar Ruhandi.
Ruhandi juga mengatakan pemanen
dilakukan saat umur padi 90 hari hst dan dihadiri oleh Dinas Pertanian,
Pemerintahan Desa dan TNI AD. Bersama kelompoknya lahan tersebut merupakan
salah satu lahan percontohan dan pengamatan yang telah ditentukan oleh
pemerintah setempat seperti dinas terkait.
Pemanenan dilakukan menggunakan sabit bergerigi
dan mesin perontok padi, setelah dirontok ternyata hasil ubinan (2,5 m x 2,5 m)
mendapatkan 6,7 kg dan proses selanjutnya adalah padi dijemur selama 2 hari dengan
terik matahari yang maksimal selanjutnya digiling menggunakan huller dan dijual
dalam bentuk beras dengan harga Rp 8.600/
kg pada tanggal 18 April 2020.
“Saya
menjual beras kepada pengepul dan harga beras selalu tidak menentu terkadang
saat saya menjual beras sebelum panen raya harganya naik diatas Rp 8.000 tetapi
ketika saya menjual bertepatan dengan panen raya harganya menjadi turun dibawah
Rp 8.000”, jelasnya.
Selain terkait dengan harga yang tidak
stabil, Ruhandi juga mengatakan banyak tantangan dan hambatan yang dialaminya .
“Banyak sekali tantangan apalagi di saat
situasi sekarang, dari awal tanam masih banyak air di sawah sehingga menjadi
lambat dalam proses pemanenan padi, terlambatnya musim hujan sehingga tanam
padi menjadi terlambat, curah hujan yang tidak menentu mengakibatkan tingginya
biaya pengolahan lahan dan lagi saya mengalami kekeringan setelah tanam
mengakibatkan gulma sulit untuk dibersihkan, pemanenan tidak bisa dilakukan
berkelompok karena harus ada jarak sesuai dengan protocol pemerintah ditengah
pandemic Corona ini, saya harus social distancing dan juga memakai masker saat
dilakukan pemanenan, selain dari hal tadi juga ada hama penyakit padi yang
muncul yaitu penyakit blast dan hama wereng sehingga harus dilakukan
penyemprotan fungisida dan pestisida.
Ruhandi juga menuturkan musim panen kali
ini mempunyai suasana yang berbeda, tidak terkecuali petani, pandemic ini cukup berdampak kepada petani di
saat panen raya.
“Corona
menurut saya adalah suatu wabah yang sangat menakutkan dan menghantui pikiran
para petani di daerah kami saat musim panen raya seperti ini, Corona juga
membuat para petani frustasi karena banyak dampak yang ditimbulkan diantaranya
sulit untuk menjangkau daerah luar dan tidak dapat berkumpul serta melakukan pertemuan
rutin untuk sharing terhadap masalah yang dialami para petani di wilayah
sekitar, selain itu himbauan kepada para perantau saya katakana untuk tidak
pulang terlebih dahulu sehingga dapat memutus rantai virus ini apabila memang
terpaksa membutuhkan bantuan segera menghubungi keluarga dan pemerintah
setempat”.
Ruhandi juga mengungkapkan harapannya
kepada pemerintah di saat pandemic ini berlangsung. “Harapan saya kepada pemerintah bisa menjaga kestabilan harga sembako dan produk
pertanian, bisa memantau pergerakan manusia di setiap daerah terutama di zona
merah, diharapkan jangan mendatangkan barang-barang impor sehingga konsumsi
masyarakat berpusat pada produk dalam negeri, dan tentu saja segera mencari
vaksin untuk virus corona, kemudian salurkan bantuan sesuai dengan data otentik
dari pemerintah setempat”, jelasnya.