Sejarah Singkat

______________ 
Salah satu dasar pembentukan JAMTANI adalah keprihatinan atas kondisi dimana petani selalu menjadi  obyek pembangunan pertanian, petani selalu berada pada posisi yang lemah dengan berbagai tekanan ekonomi, politik, sosial, budaya bahkan tekanan global. Disisi lain, tantangan yang ada mendorong keinginan para petani untuk lebih memiliki kapasitas dalam berbagai keterampilan bertani. Disamping itu petani perlu tampil berjuang menegakkan hak, harkat dan martabat petani untuk menyelesaikan persoalannya. Petani percaya bahwa keberhasilan ada ditangan petani sementara pihak lain hanya sebagai pendorong, sebagai fasilitator dan sebagai suporter. 

Dalam perkembangannya, JAMTANI sangat dipengaruhi oleh organisasi IPPHTI (berdiri 1999) sebagai pengawal program SLPHT yang  lahir  melalui  Intruksi Presiden RI : Inpres No 3/1983 dibawah Kementrian Bappenas dan Departemen Pertanian Republik Indonesia. Konsep ini (SLPHT) merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap persoalan pertanian melalui pendekatan yang lebih memberdayakan petani dan gerakan dalam upaya pelestarian ekosistem menuju pertanian yang berkelanjutan. Dalam konsep tersebut dikenal dengan 5 Prinsip Dasar PHT. Prinsip PHT bukan ditekankan pada cara memberantas, membunuh dan memusnahkan Hama, tetapi lebih jauh dari itu yakni melahirkan Petani cerdas/ Petani ahli yang mampu mengambil tindakan sesuai kondisi lokal melalui pendidikan kritis, promosi pemberdayaan petani sebagai petani pelaku di sawah, Belajar dari Pengalaman sebagai guru terbaik dengan learning by doing dan siklus daur belajar sebagai pedoman, menerapkan Pertanian ekologis yang memaksimalkan sumber daya alam lokal  bukan hanya input luar.

Keanggotaan JAMTANI lebih mengedepankan Kelompok Petani terutama petani pelaku, baik laki-laki dan perempuan yang melakukan budidaya berbagai komoditas tanaman  termasuk  petani tambak. Namun sesuai dengan karakter wilayah dan keberadaan petani maka mayoritas anggota difokuskan petani padi/ sawah sebagai kelompok petani yang paling rentan. Dalam jangka panjang sangat dimungkinkan Keanggotaan bisa tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disamping itu juga sangat terbuka keanggotaan bagi non petani untuk menjadi anggota Dewan Peduli Petani sebagai Pengawas dan penasehat organisasi.

Proses pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh pengalaman menerapkan Sekolah Lapang Petani. Konsep Pendidikan Orang Dewasa (Andragogy) merupakan pendekatan metoda belajar yang sangat relevan dengan kondisi petani. Keputusan diambil secara partisipatif berdasarkan observasi, hal ini merupakan poin penting dalam prinsip Sekolah Lapangan bukan keputusan atas opini dan persepsi seseorang. Pelaksanaan Sekolah Lapang ini diawali dengan  Analisa Agroekosystem yang membiasakan petani selalu mengambil keputusan berdasarkan data dan fakta yang kemudian di analisa. Hal ini sangat mewarnai dalam proses dan pembentukan serta perkembangan karakter  organisasi JAMTANI.

Sebagai sebuah organisasi Masyarakat, JAMTANI sangat akrab dan berpengalaman dengan kegiatan  seperti : Melakukan pelatihan dan mengembangkan Sains petani sebagai basis pendidikan melalui pola analisis praktis,  Sekolah Lapang Pertanian Organik, Sekolah Lapang Iklim, Pembelajaran petani dalam melakukan budidaya ramah lingkungan, Berbagi pengalaman  kepada Mitra LSM, penyuluh Pemerintah dll.  Merumuskan ide ide baru , Mengembangkan Budidaya hemat air (SRI), Intercroping   yang  mampu  meningkatan penghasilan sampai dengan 30%, Pembelajaran Ekologi Tanah dengan metoda praktis mudah dipahami petani , memaksimlakan  bahan local dan murah, Membangun Koperasi dan meningkatkan nilai tambah (pemasaran produk).
_____________