Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai perubahan iklim, Kustiwa Adinata sebagai ketua umum JAMTANI diundang sebagai narasumber pada podcast JKLPK (Jaringan Kerja Lembaga Pelayanan Kristen di Indonesia) bertajuk Podcast Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Konflik Agraria. Pada kesempatan tersebut Kustiwa membahas mengenai Perubahan Iklim yang disebabkan oleh meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca dari sektor Pertanian akibat kebiasaan pembakaran jerami dan Penggunaan Pupuk Kimia yang berkontribusi pada peningakatan CO2, Kotoran hewan yang tidak diolah yang berkontribusi pada peningakatan NH3, dan Sistem pengairan tergenang yang berkontribusi pada peningakatan N2O tersebut  yang akan membentuk gas rumah kaca yang berakibat pada Pergeseran Musim Tanam, Intensitas dan Volume Hujan Ekstrim yang menyebabkan banjir, Kekeringan yang panjang, dan Peningkatan muka air laut yang berdampak penurunan luas lahan sawah produktif (salinitas meningkat)

Selanjutnya, Kustiwa membahas mengenai aksi JAMTANI bersama petani dalam melakukan Aksi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim, termasuk meningkatkan petani untuk melakukan Pertanian Agroekologi yang Ramah Iklim melalui metode Sekolah Lapang Iklim yang menerapkan pendekatan Andragogy (Pembelajaran orang dewasa) dimana petani secara aktif terlibat dalam proses identifikasi masalah dari mulai persiapan pra tanam hingga panen, melakukan praktek langsung dalam demofarm (kebun percobaan), Analisa AESA (Agroekosistem analisis) dimana petani diberi pengetahuan mengenai Ekosistem Pertanian dan keberadaan musuh alami sehingga penggunaan racun dapat diminimalisir karena tidak semua hama perlu dibasmi mengunakan pestisida.

Selain itu, Kampanye untuk stop bakar Jerami merupakan salah satu Aksi nyata yang dilakukan JAMTANI untuk mengurangi emisi GRK. Jerami merupakan sumber hara alami yang dapat dimanfaatkan sebagai input yang dapat mengurangi pupuk kimia karena mengandung hara lengkap. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengolah Jerami menjadi kompos berbentuk Bricket yang berguna untuk lahan lahan tergenang akibat banjir dimana Bricket Organik ini bersifat slow Release.

Kustiwa menyampaikan berbagai upaya lain dalam Aksi Adaptasi Mitigasi perubahan Iklim seperti Inovasi Padi Apung, Promosi Varietas Padi toleran Salinitas, terlibat dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD API), Mempromosikan varietas padi rendah emisi, pelatihan pembuatan kompos dan Pembelajaran Ekologi Tanah, Praktek Pertanian Ramah Iklim.
Berkaitan dengan Sekolah Lapang Iklim, Kustiwa menyampaikan kendala dan tantangan yang dihadapi dilapangan seperti komitmen petani untuk tetap mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir, membutuhkan biaya yang besar, memastikan petani yang terlibat sesuai kriteria yang ditentukan, penyebaran lebih luas. Selanjutnya, ancaman bencana pada lahan demofarm juga menjadi tantangan tersendiri. Meskipun demikian, semua tantangan ini dapat diatasi dengan persiapan yang matang.

Selanjutnya, Kustiwa menyampaikan Capaian-capaian JAMTANI dalam Aksi Adaptasi Mitigasi diantaranya dalam menurunkan status kerentanan petani dampingan, membentuk Tim Siaga Iklim yang membentuk jaringan informasi resiko bencana, munculnya petani-petani inovatif, petani mampu memproduksi secara mandiri bahan pangan untuk keluarganya melalui pemanfaatan lahan pekarangan, program Sekolah Lapang Iklim menjadi pemicu bagi pemerintah untuk pengembangan lebih luas, petani alumni menjadi trainer.

Berkaitan dengan Program alternative livelihood yang merupakan program unggulan JAMTANI dalam menurunkan kerentanan petani yang terdampak perubahan iklim melalui sumber pendapatan lain selain pertanian seperti peternakan, pengembangan hortikultura, dan home industri, Kustiwa menjelaskan bahwa program tersebut merupakan program yang dapat berkelanjutan karena memiliki nilai ekonomi dan menjawab kepentingan ekonomi petani.
Terakhir, Kustiwa mengajak masyarakat luas untuk memahami bahwa perubahan iklim merupakan sebuah kejadian yang nyata, mulai merubah pola pertanian menjadi ramah iklim, dan mulai membiasakan tindakan-tindakan yang benar. Dan yang paling penting, bagi pemerintah sudah saatnya untuk lebih serius dalam mewujudkan sebagaimana komitmen pemerintah yang tertuang dalam NDC (National Determine Contribution) yang dilaporkan kepada Perserikatan Bangsa Bangsa.