Selanjutnya, Kustiwa membahas mengenai aksi
JAMTANI bersama petani dalam melakukan Aksi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan
Iklim, termasuk meningkatkan petani untuk melakukan Pertanian Agroekologi yang Ramah Iklim melalui metode Sekolah Lapang Iklim yang menerapkan pendekatan
Andragogy (Pembelajaran orang dewasa) dimana petani secara aktif terlibat dalam
proses identifikasi masalah dari mulai persiapan pra tanam hingga panen,
melakukan praktek langsung dalam demofarm (kebun percobaan), Analisa AESA
(Agroekosistem analisis) dimana petani diberi pengetahuan mengenai Ekosistem
Pertanian dan keberadaan musuh alami sehingga penggunaan racun dapat
diminimalisir karena tidak semua hama perlu dibasmi mengunakan pestisida.
Selain itu, Kampanye untuk stop bakar Jerami
merupakan salah satu Aksi nyata yang dilakukan JAMTANI untuk mengurangi emisi
GRK. Jerami merupakan sumber hara alami yang dapat dimanfaatkan sebagai input
yang dapat mengurangi pupuk kimia karena mengandung hara lengkap. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah mengolah Jerami menjadi kompos berbentuk Bricket
yang berguna untuk lahan lahan tergenang akibat banjir dimana Bricket Organik
ini bersifat slow Release.
Kustiwa menyampaikan berbagai upaya lain dalam
Aksi Adaptasi Mitigasi perubahan Iklim seperti Inovasi Padi Apung, Promosi
Varietas Padi toleran Salinitas, terlibat dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah
Adaptasi Perubahan Iklim (RAD API), Mempromosikan varietas padi rendah emisi,
pelatihan pembuatan kompos dan Pembelajaran Ekologi Tanah, Praktek Pertanian
Ramah Iklim.
Berkaitan dengan Sekolah Lapang Iklim, Kustiwa
menyampaikan kendala dan tantangan yang dihadapi dilapangan seperti komitmen
petani untuk tetap mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir, membutuhkan biaya
yang besar, memastikan petani yang terlibat sesuai kriteria yang ditentukan,
penyebaran lebih luas. Selanjutnya, ancaman bencana pada lahan demofarm juga
menjadi tantangan tersendiri. Meskipun demikian, semua tantangan ini dapat
diatasi dengan persiapan yang matang.
Selanjutnya, Kustiwa menyampaikan
Capaian-capaian JAMTANI dalam Aksi Adaptasi Mitigasi diantaranya dalam
menurunkan status kerentanan petani dampingan, membentuk Tim Siaga Iklim yang
membentuk jaringan informasi resiko bencana, munculnya petani-petani inovatif,
petani mampu memproduksi secara mandiri bahan pangan untuk keluarganya melalui
pemanfaatan lahan pekarangan, program Sekolah Lapang Iklim menjadi pemicu bagi
pemerintah untuk pengembangan lebih luas, petani alumni menjadi trainer.
Berkaitan dengan Program alternative livelihood
yang merupakan program unggulan JAMTANI dalam menurunkan kerentanan
petani yang terdampak perubahan iklim melalui sumber pendapatan lain selain
pertanian seperti peternakan, pengembangan hortikultura, dan home industri,
Kustiwa menjelaskan bahwa program tersebut merupakan program yang dapat
berkelanjutan karena memiliki nilai ekonomi dan menjawab kepentingan ekonomi
petani.
Terakhir, Kustiwa mengajak masyarakat luas untuk
memahami bahwa perubahan iklim merupakan sebuah kejadian yang nyata, mulai
merubah pola pertanian menjadi ramah iklim, dan mulai membiasakan
tindakan-tindakan yang benar. Dan yang paling penting, bagi pemerintah sudah
saatnya untuk lebih serius dalam mewujudkan sebagaimana komitmen pemerintah yang
tertuang dalam NDC (National Determine Contribution) yang dilaporkan
kepada Perserikatan Bangsa Bangsa.